About

BELAJAR AGAMA ISLAM DIMULAI DARI AQIDAH

About

satu satunya

5. PONDASI KELIMA



Pondasi Kelima


Pondasi kelima: Penjelasan Allah subhanahu wa ta’ala tentang wali-wali Allah dan pembedaan Allah antara mereka dengan orang-orang yang menyerupai mereka dari kalangan musuh-musuh Allah, orang-orang munafik, dan orang-orang fajir. [24]

Benar, ini adalah pondasi yang agung. Yaitu pemisahan antara wali Allah dengan wali setan. Karena ahlul bathil menamakan wali setan dengan wali Allah sehingga perkara ini menjadi samar bagi manusia. Karena hal inilah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyusun sebuah kitab yang bermanfaat lagi berfaidah, beliau beri judul Al-Furqan baina Auliyair Rahman wa Auliyaisy Syaithan (Perbedaan antara Wali Allah dengan Wali Setan). Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada.

Kemudian Allah menjelaskan tentang wali Allah dengan firmanNya yang artinya, “Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa.” (QS. Yunus: 63). Mereka itulah wali-wali Allah. Mereka mengumpulkan antara sifat iman dengan ketakwaan, antara ilmu yang bermanfaat dengan amal shalih. Mereka itulah wali-wali Allah. Wali-wali Allah bukanlah orang yang keluar dari syariat Allah dan mengubah agama Allah. Bukan orang yang mengajak untuk menyembah kuburan. Mereka ini justru wali setan. Bukan pula yang termasuk wali Allah yaitu tukang sihir, dukun, dan ahli khurafat yang mereka itu menampakkan keluarbiasaan sihir dan mengatakan: Ini adalah karamah! Padahal hakikatnya itu adalah kejadian luar biasa dengan bantuan setan.


Dan mencukupi dalam masalah ini, satu ayat dari surah Ali ‘Imran ayat 31, yaitu firman Allah yang artinya, “Katakanlah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.”[25]

Cinta kepada Allah adalah jenis ibadah yang paling agung. Dan tanda cinta kepada Allah adalah mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, orang yang tidak mengikuti Rasulullah bukanlah wali Allah dan ia tidak mencintai Allah. Orang-orang yang menyimpang itu mengatakan: Tidaklah seseorang menjadi wali Allah kecuali jika ia keluar dari ketaatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, menurut mereka, kewalian itu adalah keluar dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersandar kepada khurafat dan bid’ah. Mereka mengatakan: Kami menyembah Allah karena kami mencintaiNya. Kami tidak menyembahNya karena takut dari nerakaNya dan mendambakan surgaNya. Kami menyembahnya hanya karena kami mencintaiNya.

Maka, dikatakan kepada mereka: Kalian mencintai Allah di atas jalan siapa? Apakah kalian mencintaiNya di atas jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau di selain jalan beliau? Sesungguhnya Allah tidak mencintai kecuali orang-orang yang mengikuti Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah pemisah antara wali Ar-Rahman dengan wali setan.


Dan satu ayat dalam surah Al-Maidah ayat 54, yaitu firman Allah yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan kaum lain yang Allah cinta kepada mereka dan mereka mencintai Allah. Mereka bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut celaan para pencela.” [26]

Ini adalah sifat-sifat wali Allah, yaitu bahwa mereka mencintai Allah dan Allah mencintai mereka dan mereka “bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah: 54). Yakni mereka mencintai orang-orang mukmin dan pada diri mereka ada kecintaan dan loyal kepada orang-orang mukmin. Dan pada diri mereka ada sikap benci dan berlepas diri dari orang-orang musyrik. “Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut celaan para pencela. Itu adalah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54). Empat sifat ini adalah sifat wali Allah. Adapun orang-orang yang memerintah untuk menyembah selain Allah, berdoa kepada orang-orang yang berada di dalam kubur dan orangorang yang sudah mati, dan mereka menamakan kejadian luar biasa yang dibantu setan dengan karamah dari Allah, maka ini adalah sifatsifat musuh Allah.


Dan suatu ayat di dalam surah Yunus ayat 62-63, yaitu firman Allah yang artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”[27]

Maka, dari tiga ayat ini, engkau ambil sifat wali Allah. Ayat pertama di surah Ali ‘Imran, ayat kedua di surah Al-Maidah, dan ayat ketiga di surah Yunus. Di dalamnya ada sifat-sifat wali Allah. Siapa saja yang bersifat dengannya, maka ia adalah wali Allah. Dan siapa yang mempunyai sifat dengan lawan sifat tersebut, maka ia adalah wali setan.


Kemudian, perkara ini berubah menurut sebagian besar orang yang mengaku berilmu dan mengaku termasuk orang yang memberi petunjuk manusia dan menjaga syariat. Yaitu bahwa wali-wali Allah itu harus meninggalkan dari meneladani para rasul dan siapa saja yang mengikuti para rasul berarti tidak termasuk wali Allah.[28]

Menurut mereka, apabila seseorang keluar dari syariat, akan dikatakan: Ini adalah orang yang memiliki kebaikan, ia sampai kepada Allah tanpa membutuhkan untuk mengikuti Rasul, ia mengambil dari Allah secara langsung.

Mereka mengatakan: Kalian mengambil agama kalian dari orang yang telah meninggal dari orang yang telah meninggal pula –yakni dengan sanad-sanad-. Adapun kami mengambil agama kami dari Yang Maha Hidup yang tidak mati. Mereka menyangka bahwa mereka mengambil dari Allah secara langsung.

Orang-orang yang mengambil agama dari para rasul, menurut mereka, tidak termasuk wali. Sehingga, menurut mereka, tidaklah bisa menjadi wali kecuali orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan sekarang ini tidak ada orang-orang belakangan yang bisa menjadi wali kecuali orang yang di atas kuburannya dibangun kubah atau masjid. Adapun orang yang dikubur dengan cara sunnah yang tidak ada apapun di atas kuburannya, maka menurut mereka, dia bukanlah wali walaupun dia seutama-utama manusia.

Selain itu pula, menurut mereka, wali adalah yang memiliki pakaian khusus seperti imamah (sorban) atau baju khusus. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Wali-wali Allah tidaklah memiliki tanda yang membedakan dirinya, bahkan ia layaknya seperti manusia pada umumnya yang tidak dikenal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Boleh jadi ada orang yang kusut, berdebut, yang diusir manusia dari pintu-pintu mereka, namun kalau ia bersumpah kepada Allah tentu Allah akan mewujudkannya.”

ni sifat wali Allah. Yaitu bahwa mereka tidak menonjolkan diri-diri mereka. Bahkan mereka berusaha untuk tidak diketahui dalam rangka ikhlas kepada Allah ‘azza wa jalla. Jadi, termasuk sifat wali-wali Allah adalah tawadhu’ dan tidak suka popularitas.


5. PONDASI KELIMA 5. PONDASI KELIMA Reviewed by suqamuslim on 21.22 Rating: 5

Tidak ada komentar: