Pondasi Keenam
Membantah
syubhat yang telah setan letakkan supaya orang-orang meninggalkan Al-Qur`an dan
As-Sunnah dan supaya orangorang mengikuti pendapat-pendapat dan hawa nafsu yang
berbeda-beda dan bermacam-macam. Syubhat itu adalah bahwa Al-Qur`an dan
As-Sunnah tidak diketahui kecuali oleh mujtahid mutlak. [29]
Ini
adalah pondasi terakhir yang penting sekali. Yaitu bahwa mereka mengatakan:
Sesungguhnya kami tidak mengetahui makna-makna di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.
Tidak mungkin kami mengetahuinya karena yang bisa mengetahuinya hanyalah para
ulama besar.
Maka
dikatakan kepada mereka: Al-Qur`an mengandung perkaraperkara yang jelas yang
bisa dipahami oleh orang awam dan orang yang mempelajarinya. Yang dengannya
menjadi tegak hujjah atas makhluk. Dan di dalamnya juga terdapat
perkara-perkara yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama. Dan di dalamnya
juga ada perkara-perkara yang tidak mengetahuinya kecuali Allah subhanahu wa
ta’ala.
Dan
mujtahid itu disifati dengan begini dan begini, yaitu dengan sifat-sifat yang
bisa jadi tidak dapat dijumpai secara sempurna pada Abu Bakr dan ‘Umar
sekalipun. [30]
Memang
benar, didapati di dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah perkaraperkara yang hanya
dimengerti oleh mujtahid mutlak. Namun juga didapati hal-hal yang banyak yang
dapat dimengerti oleh orang awam dan orang yang belajar juga dapat mengerti
sebagian ilmu yang telah dia peroleh. Semisal firman Allah ta’ala yang artinya,
“Kalian sembahlah Allah dan janganlah kalian sekutukan Dia dengan sesuatu pun.”
(QS. AnNisa`: 36). Dan firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya orang yang
menyekutukan Allah, maka sungguh Allah haramkan surga baginya dan tempat
kembalinya adalah neraka.” (QS. Al-Maidah: 72). Dan semisal, “Dan janganlah
kalian dekati zina.” (QS. Al-Isra`: 32). Semisal, “Diharamkan bangkai atas
kalian.” (QS. Al-Maidah: 3). Semisal, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman
agar mereka menundukkan sebagian pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka.”
(QS. AnNur: 30). Ini semua adalah perkara yang jelas yang dapat dimengerti oleh
orang awam ketika mendengarnya.
Mereka
menetapkan syarat-syarat untuk mujtahid mutlak yang hampir tidak bisa didapati
secara sempurna pada orang-orang yang paling utama semisal Abu Bakr dan ‘Umar.
Dan syarat-syarat ini mereka tetapkan sekehendak mereka sendiri. Allah ta’ala
berfirman yang artinya, “Maka apakah mereka tidak mentadaburi Al-Qur`an?” (QS.
AnNisa`: 82). Ayat ini umum bagi seluruh kaum muslimin.
Masing-masing
mengetahui apa yang Allah mudahkan baginya dari AlQur`an. Sehingga, orang awam
mendapat pengetahuan sesuai kemampuannya, orang yang belajar memperoleh
pengetahuan sesuai kemampuannya, dan orang yang mendalam ilmunya juga
memperoleh pengetahuan sesuai kemampuannya. “Allah telah menurunkan air (hujan)
dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya.” (QS.
Ar-Ra’d: 17). Tiap-tiap lembah akan menyerap dari aliran air itu sesuai
kadarnya. Seperti itulah ilmu yang Allah turunkan. Tiap-tiap hati akan menerima
sesuai ukurannya. Hati orang awam, hati orang yang belajar, hati orang yang
berilmu, dan hati orang yag mendalam ilmunya. Setiap jenis hati itu akan
menerima ilmu sesuai kadarnya dan sesuai kadar yang Allah berikan pemahaman
kepadanya. Adapun pendapat bahwa tidak ada sedikit pun dari Al-Qur`an yang dapat
dipahami kecuali oleh mujtahid mutlak, maka ini adalah pendapat yang tidak
benar.
Mereka
juga mengatakan: upaya untuk memahami Al-Qur`an adalah termasuk pembebanan
dengan sesuatu yang tidak dimampui. Syaratsyarat yang para ulama telah sebutkan
dan mereka katakan bahwa syarat-syarat tersebut harus terpenuhi pada seorang
mufti; syarat itulah yang para ulama maksudkan harus ada pada mujtahid mutlak.
Dan mereka tidak memaksudkan bahwa syarat-syarat tersebut harus terpenuhi pada
setiap orang yang hendak mentadaburi Al-Qur`an dan mengambil faidah darinya.
Kemudian, itu sebenarnya adalah syarat untuk mengambil kesimpulan hukum-hukum
yang samar dan belum jelas. Bukan syarat untuk memahami perkara-perkara yang
jelas semisal tauhid dan syirik, kewajiban-kewajiban yang sudah jelas, dan
keharaman-keharaman yang telah jelas.
Sehingga,
jika seseorang tidak bersifat demikian, maka wajib dan harus baginya untuk
berpaling dari keduanya. Tidak perlu ragu dan bimbang. Dan siapa saja yang
mencari petunjuk dari Al- Qur`an dan As-Sunnah akan dikatakan sebagai zindiq
atau gila dengan alasan sulit untuk memahami keduanya. Namun, Maha Suci Allah
dan dengan memujiNya, betapa banyak Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan
secara syar’i dan kenyataan yang terjadi, berupa penciptaan dan perintah dalam
membantah syubhat yang terlaknat ini dari bermacam-macam sisi sampai pada batas
yang dapat dimengerti oleh keumuman manusia. “Akan tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 187). “Sungguh telah tetap keputusan atas kebanyakan
mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu
di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka
tertengadah. Dan telah Kami jadikan dinding di depan mereka dan dinding di
belakang mereka, lalu Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat. Dan sama saja bagi mereka apakah engkau memperingatkan mereka ataukah
engkau tidak memperingatkan mereka, mereka tidak akan beriman. Engkau hanyalah
memperingatkan orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Yang Maha
Penyayang walaupun dia tidak melihatNya. Maka berilah kabar gembira kepadanya
dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yaasiin: 7-11).[31]
Akhir
kata, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Semoga shalawat dan salam yang
banyak Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan shahabat beliau
hingga hari pembalasan.[32]
Ayat-ayat
ini mengenai orang-orang yang berpaling dari mentadaburi AlQur`an dan sabda
RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan pada akhir ayat mengenai golongan
orang yang Allah beri karunia kepadanya, yaitu “orang yang mau mengikuti
peringatan dan takut kepada Allah yang Maha Penyayang.” (QS. Yasin: 11). Maka
ini adalah permisalan bagi dua kelompok tersebut.
Beliau
menutup risalah ini dengan seperti apa yang beliau mulai. Yaitu, dengan memuji
Allah, shalawat dan salam kepada RasulNya. Dan ini termasuk keindahan tulisan
dan pengajaran, yaitu dengan menyanjung Allah di awal dan di akhir.
Shalawat
dan salam semoga Allah curahkan kepada RasulNya yang mengajarkan kebaikan dan
berdakwah kepada Allah. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepada
beliau, keluarga, para shahabat, dan orang-orang yang mengambil petunjuk
beliau, berjalan di atas jalan beliau, dan berpegang teguh dengan sunnah beliau
sampai hari kiamat. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
6. PONDASI KEENAM
Reviewed by suqamuslim
on
21.28
Rating:
Tidak ada komentar: